“Jadi kamu belum meletek ya?” pertanyaan
itu pernah ditanya seorang teman chat-ku belasan tahun yang silam disuatu channel
MIRC khusus lesbian saat itu. Dan dari dialah perbendaharaan bahasa gaulku di
dunia per-homo-an bertambah satu. Ya ‘meletek’ adalah istilah yang digunakan
dalam menandakan kapan sesorang homoseks itu mulai sadar akan jati dirinya dan
menerima sepenuhnya, namun ada juga yang mendefinisikan meletek adalah saat pertama
kalinya kamu melakukan hubungan ‘begituan’ dengan sesama jenis. Nah lho?
Aku sendiri lebih setuju dengan pendapat
yang pertama, yaitu ketika seseorang homoseks baik itu lesbian maupun gay
benar-benar yakin akan jati dirinya. Ingatanku melayang pada saat belasan tahun
yang silam.
Saat aku masih mahasiwa di
Bandung, kota dengan jutaan “Peuyempuan” cantik itu. Suatu hari di penghujung
tahun 1998 (waaahh..ketahuan deh tuanya aku ya) saat itu setelah gonjang
ganjing Reformasi di Republic ini , sebuah warnet di Jatinenjer (tulisannya
Jatinangor) di-sebuah computer itu yang setelah dipakai oleh pemakai sebelumnya
yang entah siapa. Namun masih terbuka chattingan MIRC waktu itu. Entah itu
sudah “jalan” dari Yang Diatas…chattingan itu masih terbuka, dan yang membuat
dadaku menjadi berdegup degup, nama # (baca: channel) itu adalah #Lesbian… OMG
(dulu siy istilah ini belum ada ya) ternyata ada toh chattingan seperti
beginian.
Saat itu aku ibarat sekam membara
yang kena siram minyak tanah, dan diatasnya ditambahin kayu-kayu kering.
Terbakarrr bow… langsunglah ku ganti nick
name nya. Dan mulailah masuk ke gerbang dunia lesbian yang bebas tanpa
batas. Dunia yang selama ini hanya kuduga-duga saja bentuknya seperti apa, yang
kubaca diam-diam di buku-buku psikologi yang menyangkut lesbian di Gramedia,
adapun itu dari buku-yang supertebal itu yang membahasa tentang homoseks apa
mengapa dan bagaimana cuma seiprit saja, alias hanya beberapa lembar. Begitu
pula diam-diam aku suka membaca buku-buku pelajaran sahabatku yang anak
psikologi dikamarnya yang ada bab mengenai homoseksnya, dan menutup buku dengan
segera jika dia kembali saking takutnya ketahuan sedang membaca itu.
Setelah hari itu selalu kulewati
dengan chatting di chanel tersebut. Beberapa saat setelah itu aku berkenalan
dengan seseorang perempuan yang chattingannya begitu mengena, dia berdomisili
di Bandung juga. Dan dari dia ini jugalah aku dikenalkan lagi dengan # (chanel)
lain waktu itu, nama chanelnya #rara (nah…yang merasa pernah chatting disana
pasti tengah penasaran…qiqiqiqi)
Aku senang sekali chattingan di
chanel itu, dalam waktu singkat aku berkenalan dengan teman-teman lesbian dari
Sabang sampai Merauke. Hebat euy…aku kenal teman lesbian yang di Medan,
Palembang, Jambi, Jakarta, Jogja, Semarang, Surabaya, Bali, Kalimantan, dan
Sulawesi. Zaman itu hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat keren sekali,
mengingat belum semua orang melek internet, dan sulit sekali zaman itu mencari
komunitas seperti sekarang. Masing-masing
mereka di chanel waktu itu memakai nick
name yang keren-keren sekali. Dan tentu saja aku tidak ketinggalan. Waktu
itu aku memakai nick name yang ternyata begitu andro sekali. Alhasil yang
mendekati selalu saja butch-butch yang macho… hohoho…sementara seleraku tentu
saja yang peyeumpuan bangeeeet… jadilah kalau copy darat, ujung-ujungnya selalu kemudian yang bertambahnya
teman-teman butch-ku.
Copy darat selalu menjadi
targetku jika chatting dengan lesbian yang ‘nyambung’ ngobrolnya, terserah itu
butch, andro atau femme. Kalau mereka tidak mau menjabanin, aku yang jabanin
jaraknya. Percaya atau tidak, aku pernah copy darat ke Jogja. Dan bela-belain
datang dari Bandung ke Jogja pakai kereta malam. Segitu naaa….
Bagi yang kebetulan berasal dari
Bandung itulah cikal bakal persahaban kami yang abadi, bahkan beberapa teman
yang kukenal di chanel #rara dan #lesbi itu bersahabat seperti lebih dari
saudara sampai hari ini. Setelah itu, chanel-chanel pun berkembang ada yang
namanya #klit, #femme, macam-macam deh. Dan lama kelamaan kok aku merasa yang
lesbian makin hari semakin marak dan ramai. Dan ketika jumlah kami agak banyak, kami
mengadakan gathering. Bahagia sekali bisa menemukan komunitas lesbian itu.
Tahun 1999 aku mempunya HP ku
yang pertama, merknya ‘Ericsson’. Waah waktu itu aku serasa dunia dalam
genggamanku. Sejak punya HP itu, lebih
mudah lagi mendeteksi orang-orang yang dikenal di chattingan. Saat itu,
chanel-chanel yang ada sering ‘disusupi’ oleh cowok-cowok asing yang penasaran
dengan lesbian, yang terkadang mereka jahat banget dengan ngomomong kasar, dan
bicara yang jorok-jorok. Jadilah hp tersebut untuk men-scaning, bahwa yg diajak
chatting memang adalah perempuan yang lesbian. Kalau di ‘Miskol tiga detik’ (kalau
yg hidup di zaman ini ngerti niy…tiga detik miss call itu free bebas pulsa
hehehe) jika suara diujung sana perempuan, chatinganpun lanjuuut.
Waktu itu tiada hari yang terlewati
tanpa chattingan, jika melihat warnet mataku langsung berbinar-binar, maklum
komputerku dulu tidak bisa online seperti sekarang, sebagai anak kost uang
jajan yang terbatas mulai diirit-irit demi bisa chatting, bahkan bela-belain
ngirit uang makan segala. Kalau lagi bandelnya kumat, aku yang waktu itu masih
single, suka banget tepe-tepe dan gombal sana gombal sini (nah ketahuan deh ya
jeleknya akyu) dan tentu saja berani gombalnya hanya sama femme-femme di chattingan,
namun dasar memang tidak direstui seperti itu, tetap saja sekian lama aku
menjomblo…hehehe tak ada femme yang mau ternyata ya terhadap butch yang suka gombal
begitu. Kasian deh lo….