Selasa, 30 Oktober 2012

Meletek



“Jadi kamu belum meletek ya?” pertanyaan itu pernah ditanya seorang teman chat-ku belasan tahun yang silam disuatu channel MIRC khusus lesbian saat itu. Dan dari dialah perbendaharaan bahasa gaulku di dunia per-homo-an bertambah satu. Ya ‘meletek’ adalah istilah yang digunakan dalam menandakan kapan sesorang homoseks itu mulai sadar akan jati dirinya dan menerima sepenuhnya, namun ada juga yang mendefinisikan meletek adalah saat pertama kalinya kamu melakukan hubungan ‘begituan’ dengan sesama jenis. Nah lho?
Aku sendiri lebih setuju dengan pendapat yang pertama, yaitu ketika seseorang homoseks baik itu lesbian maupun gay benar-benar yakin akan jati dirinya. Ingatanku melayang pada saat belasan tahun yang silam.

Saat aku masih mahasiwa di Bandung, kota dengan jutaan “Peuyempuan” cantik itu. Suatu hari di penghujung tahun 1998 (waaahh..ketahuan deh tuanya aku ya) saat itu setelah gonjang ganjing Reformasi di Republic ini , sebuah warnet di Jatinenjer (tulisannya Jatinangor) di-sebuah computer itu yang setelah dipakai oleh pemakai sebelumnya yang entah siapa. Namun masih terbuka chattingan MIRC waktu itu. Entah itu sudah “jalan” dari Yang Diatas…chattingan itu masih terbuka, dan yang membuat dadaku menjadi berdegup degup, nama # (baca: channel) itu adalah #Lesbian… OMG (dulu siy istilah ini belum ada ya) ternyata ada toh chattingan seperti beginian. 

Saat itu aku ibarat sekam membara yang kena siram minyak tanah, dan diatasnya ditambahin kayu-kayu kering. Terbakarrr bow… langsunglah ku ganti nick name nya. Dan mulailah masuk ke gerbang dunia lesbian yang bebas tanpa batas. Dunia yang selama ini hanya kuduga-duga saja bentuknya seperti apa, yang kubaca diam-diam di buku-buku psikologi yang menyangkut lesbian di Gramedia, adapun itu dari buku-yang supertebal itu yang membahasa tentang homoseks apa mengapa dan bagaimana cuma seiprit saja, alias hanya beberapa lembar. Begitu pula diam-diam aku suka membaca buku-buku pelajaran sahabatku yang anak psikologi dikamarnya yang ada bab mengenai homoseksnya, dan menutup buku dengan segera jika dia kembali saking takutnya ketahuan sedang membaca itu. 

Setelah hari itu selalu kulewati dengan chatting di chanel tersebut. Beberapa saat setelah itu aku berkenalan dengan seseorang perempuan yang chattingannya begitu mengena, dia berdomisili di Bandung juga. Dan dari dia ini jugalah aku dikenalkan lagi dengan # (chanel) lain waktu itu, nama chanelnya #rara (nah…yang merasa pernah chatting disana pasti tengah penasaran…qiqiqiqi)
Aku senang sekali chattingan di chanel itu, dalam waktu singkat aku berkenalan dengan teman-teman lesbian dari Sabang sampai Merauke. Hebat euy…aku kenal teman lesbian yang di Medan, Palembang, Jambi, Jakarta, Jogja, Semarang, Surabaya, Bali, Kalimantan, dan Sulawesi. Zaman itu hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat keren sekali, mengingat belum semua orang melek internet, dan sulit sekali zaman itu mencari komunitas seperti sekarang.  Masing-masing mereka di chanel waktu itu memakai nick name yang keren-keren sekali. Dan tentu saja aku tidak ketinggalan. Waktu itu aku memakai nick name yang ternyata begitu andro sekali. Alhasil yang mendekati selalu saja butch-butch yang macho… hohoho…sementara seleraku tentu saja yang peyeumpuan bangeeeet… jadilah kalau copy darat,  ujung-ujungnya selalu kemudian yang bertambahnya teman-teman butch-ku. 

Copy darat selalu menjadi targetku jika chatting dengan lesbian yang ‘nyambung’ ngobrolnya, terserah itu butch, andro atau femme. Kalau mereka tidak mau menjabanin, aku yang jabanin jaraknya. Percaya atau tidak, aku pernah copy darat ke Jogja. Dan bela-belain datang dari Bandung ke Jogja pakai kereta malam. Segitu naaa….
Bagi yang kebetulan berasal dari Bandung itulah cikal bakal persahaban kami yang abadi, bahkan beberapa teman yang kukenal di chanel #rara dan #lesbi itu bersahabat seperti lebih dari saudara sampai hari ini. Setelah itu, chanel-chanel pun berkembang ada yang namanya #klit, #femme, macam-macam deh. Dan lama kelamaan kok aku merasa yang lesbian makin hari semakin marak dan ramai.  Dan ketika jumlah kami agak banyak, kami mengadakan gathering. Bahagia sekali bisa menemukan komunitas lesbian itu.

Tahun 1999 aku mempunya HP ku yang pertama, merknya ‘Ericsson’. Waah waktu itu aku serasa dunia dalam genggamanku.  Sejak punya HP itu, lebih mudah lagi mendeteksi orang-orang yang dikenal di chattingan. Saat itu, chanel-chanel yang ada sering ‘disusupi’ oleh cowok-cowok asing yang penasaran dengan lesbian, yang terkadang mereka jahat banget dengan ngomomong kasar, dan bicara yang jorok-jorok. Jadilah hp tersebut untuk men-scaning, bahwa yg diajak chatting memang adalah perempuan yang lesbian. Kalau di ‘Miskol tiga detik’ (kalau yg hidup di zaman ini ngerti niy…tiga detik miss call itu free bebas pulsa hehehe) jika suara diujung sana perempuan, chatinganpun lanjuuut.

Waktu itu tiada hari yang terlewati tanpa chattingan, jika melihat warnet mataku langsung berbinar-binar, maklum komputerku dulu tidak bisa online seperti sekarang, sebagai anak kost uang jajan yang terbatas mulai diirit-irit demi bisa chatting, bahkan bela-belain ngirit uang makan segala. Kalau lagi bandelnya kumat, aku yang waktu itu masih single, suka banget tepe-tepe dan gombal sana gombal sini (nah ketahuan deh ya jeleknya akyu) dan tentu saja berani gombalnya hanya sama femme-femme di chattingan, namun dasar memang tidak direstui seperti itu, tetap saja sekian lama aku menjomblo…hehehe tak ada femme yang mau ternyata ya terhadap butch yang suka gombal begitu. Kasian deh lo….

Jadi, kapan dong persisnya aku meleteknya? Hmm, walaupun bergaul di internet, justru pacar pertamaku tidak ku dapat lewat internet, tetapi dia adalah teman satu kostku yang anak psikologi, yang bukunya suka “diam-diam” kubaca itu.  Aku memang sudah menaruh hati sudah lama dengannya waktu itu. Tapi takut sekali katahuan. Kami bersahabat lama dan begitu dekat satu sama lain. Hanya saja aku tak mau berharap banyak pada dia, tidak mungkinlah dia mau sama aku. Begitu selalu fikirku. Namun suatu malam saat kami bersama-sama teman kost yang lain dugem di tempat paling tinggi di Bandung saat itu ‘Femme Stasion”. Entah karena terbawa suasana, music yang enak, plus agak sedikit tipsy, kami berdua yang waktu itu mojok duduk dipinggir jendela itu dengan sejuta lampu-lampu kota Bandung dibawahnya….suasana sangat romantis…saat kurengkuh bahunya, dia malah menggelendot merebahkan kepala kepadaku….saat itu aku bergemuruh, dengan segenap jiwa raga kuberanikan diri untuk mencium keningnya… dengan persiapan mental dia akan  ‘menolakku’. Ehh… dia diam saja. Kemudian kuberanikan mencium wajahnya, dia masih diam malah kemudian lebih merapatkan diri dan memelukku.  Dan malam itu ciuman pertamaku dengan mahkluk terindah di bumi inipun terjadi…’Wow’ banget indahnya….. Sampai dini hari kami habiskan diclub itu, dugem paling dahsyat yang kurasakan seumur hidup, dan lebih dahyat lagi ketika kami pulang ke kostan… Kami bobo bersama dikamarku malam itu. Dan tak perlulah ya kuceritakan apa yang terjadi diantara kami setelah itu ya?, karena kita sudah sama-sama dewasa. Yuup, kami berdua memutuskan untuk “meletek” hari itu yuuuuuk mareeeh…..

Pipon & Sudara-saudaranya



Pipon bukanlah nama seorang anak lelaki, tapi Pipon adalah nama seekor kucing kami, sstttt.. aku mesti pelan-pelan memberi tahukan kata-kata ‘seekor’ karena pasanganku tidak mau menyebut Pipon itu seekor, alasannya seekor itu adalah untuk kata ganti binatang, baginya Pipon bukanlah binatang. “jadi Pipon apa dong? Pipon kan kucing?” “Bukaaaaan..Pipon ini makhluk…ya makhluk Pipon” begitu selalu jawabannya dengan sengit.

Bagi kami Pipon memang berbeda dari kucing kebanyakan. Dia adalah kucing yang ber IQ diatas rata-rata kucing kebanyakan, malah cenderung jenius mungkin. Kalau sekiranya ada alat test IQ untuk kucing aku juga tertarik mau periksakan IQ Pipon ini. Karena sangat disayang, terutama oleh pasanganku Pipon ini seolah-olah menjadi ‘pangeran muda’ dirumah kami. Dan dia juga sangat mengerti kalau pasanganku sangat sayang padanya, jadinya agak belagu dan jual mahal. Dia tidak akan mau dibelai-belai oleh sembarangan orang, apalagi sama orang baru dia akan selalu galak.  Percaya tidak? Kalau kami berdua sedang mesra-mesraan dia pasti akan ikut nimbrung disekitar kami, sambil meong-meong dan melirik dengan sirik….”ooo Pipon, kamu mau dicium juga?....” begitu selalu pasanganku menanggapinya.  Setelah itu selalu gantian membelai-belai dia.. kalau tidak begitu dia bisa ngambek. Aneh bukan? Intinya Pipon ini ingin selalu dinomor satukan deh…baik oleh manusia apalagi diantara sesama kucing.

Pipon juga mempunyai perasaan yang halus. Jika diantara kami gundah gulana atau sedang ribut, dia akan mendatangi kami masing masing, menjilat-jilat kaki, tangan bahkan muka, menggemaskan sekali. Seolah olah ingin menyampaikan agar kami baik baik saja, hingga membuat hati kami terasa sejuk dan menjadi damai lagi. Begitu juga kalau salah satu kami sakit, dia akan memandang dengan seksama perhatian sekali. Pernah waktu pasanganku kena demam panas, dia menemaninya sepanjang hari dengan tidur di kaki pasanganku. Dia hanya beranjak kalau lapar ketempat makanannya, dan jika ingin buang air besar atau kecil dia akan menuju ke kamar mandi bawah. Saat suatu malam serangan asmaku ‘kumat’ dia langsung meong-meong pelan seolah menenangkan terhadap nafasku yang megap-megap. Ya begitulah si Pipon.

Dirumah kami totalnya kami memelihara sekitar 16 ekor kucing, termasuk Pipon, tentunya Pipon yang jadi anak emas, eh, kucing emas . Kucing –kucing itu semuanya kami letakan diatas balkon yang cukup lega dan connecting dengan satu kamar besar, didalamnya kami buatkan tempat naik-naik, tempat sembunyi, tempat garuk-garuk, dan makanan dan minuman yang cukup tentunya.  Mereka sengaja tidak dilepas keluar agar bebas dari penyakit. Untuk mengendalikan populasi dengan ‘berat hati’ kucing-kucing cowok kami kebiri…bukannya apa-apa, karena dalam setahun kucing perempuan itu bisa beranak sampai 3 batch, dan satu batch anaknya sekitar 3 sampai 5 ekor, kabayangkan bagaimana ramenya nanti rumah kami jika jumlah mereka semakin banyak.

Dari semua kucing yang kami miliki seluruhnya adalah kucing kampung dengan latar belakang hidup beragam dan  mengenaskan. Ada yang cacat kakinya kelindes sesuatu, ada yang ditemui sekarat setelah kecebur kesungai, ada yang masih sangat kecil mengeong-ngeong keras didepan rumah kami ditengah hujan lebat, sepertinya baru dibuang orang dan berpisah dengan induknya, bahkan Pipon sendiri ditemukan pasanganku saat masih kecil. Waktu itu dia kucing kecil yang mau diterkam oleh kucing garong, saking ketakutannya suara meongnya jadi tidak normal. Saat diselamatkan dia sepertinya sangat berterima kasih.

Yah, begitulah. Bagi kami mereka semua adalah makhluk Tuhan dimana kita bisa berbagi dengan mereka. Dan beruntungnya kami mempunyai pembantu yang juga sayang terhadap binatang. Jadi Job desc. nya pembantu kami ini selain mengurus kami berdua, juga mengurus kucing-kucing lucu itu. Ketika ditanya dia malah lebih bahagia mengurus kucing-kucing dari pada merawat bayi, karena kalau merawat bayi tanggung jawabnya besar katanya. Dan dia juga maklum, bagi kami kucing-kucing ini sudah seperti pengganti anak. Karena tidak mungkin bukan ada anak dari hasil hubungan lesbian kami ini? . Busyet, banyak benar ya anaknya..ada 16 ekor…upps!!! 16 makhluk.
Ya kembali kepada pepatah orang tua dulu, banyak anak banyak rezeki? Hehehe ya …ya…kami berdua siy yakin. Masing-masing kucing itu punya rezeki sendiri dari Tuhan, dan itu semua dititipkan lewat kami.

Nah, si Pipon mulai meong-meong lagi minta digendong, dan pasanganku langsung datang padanya….”Cini cini cayang mama”….. terkadang jealous juga niy sama dia. Enak sekalilah hidupmu Pipon… selalu disayang, dibelai..semantara aku…disayang siy iya…dibelai juga iya… Cuma bedanya kamu gak pernah dimarahin dan diomelin kalo bandel…hehehe….
Yang pasti…aku sangat bahagia dengan semua ini, dengan pasanganku yang sophisticated itu …ditambah Pipon dan saudara-saudaranya…semoga kebahagian ini abadi ya…Amien…

Selasa, 07 Agustus 2012

Pulang kampung

Selalu ada yg mengganjal dihati setiap lebaran akan datang.. disaat seharusnya secara total semua orang bergembira menyambut lebaran, setelah satu bulan puasa, mengembalikan diri ke jiwa yang fitri, dan berbahagia mudik ke kampung halaman dan bertemu orang tua dan family tercinta....
Kujalani ritual itu dari tahun ketahun...dan kegalauan itu bermula dari umurku 24 tahun...disaat dengan tegasnya ortu berniat menjodohkanku dengan seorang pria... dan disaat itulah penolakan pertama terhadap perjodohan yang kulakukan yang membuat kedua orang tua itu amat sangat kecewa...
dan itu sudah 12 tahun yang lalu..tanun demi tahun berlalu yang setiap pulang ke kampung halaman selalu dijejali dengan wacana yang sama..menikah..kapan kamu menikah..

Sejauh ini selalu aku berhasil berkelit dengan alasan ini itu.. dan puncaknya lebaran tahun lalu yang kuhabiskan di eropa..menghindar dari kejaran tuntutan kapan merid? sudah ada calon? kenapa masih belum juga umur sudah tambah? kamu itu tercipta sebagai perempuan dan harus menikah? kalo gak menikah kamu berdosa? kok lama sekali orang tua sudah tua, nanti kalo ortu meninggal kamu baru tahu rasa.. owhhh... suara2 itu ibarat sebuaah adegan film nighmare yg berulang2 terputar dibenak ini yang menjadikan makna pulang kampung dan silaturhami menjadi rusak...dan dikampungku parahnya tidak hanya orang tua yang berhak menuntut untuk merid, tetapi om, tante, sepupu, tetangga..semuanya berhak menanyakan "kapan kamu merid"... dan tahun ini tentunya itu akan terulang lagi..

Mungkin aku memang orang yng munafik, atau terlalu lembek untuk bilang pada mereka semua..hey kalian lihatlah aku yang mandiri tanpa meminta apapun dari kalian lagi. Kumerasa sebagai seorang anak sudah lebih dari cukup yang kulakukan utnuk membuat keluarga bangga.. aku sekolah, dengan jurusan yg mengikuti kehendak keluarga sampai S2, gak pernah macem-macem, tidak ngobat, tidak pula narkoba, tidak merokok, walaau hanya sesekali dugem dan minum dgn teman2, punya karir yg bagus, mandiri dari segi financial..so what gitu... rese banget semuanya ya...

Sementara jujur, bagiku tidak semua orang harus merid, kawin, dan punya anak keturunan.. toh bagiku aku bukanlah ras unggul dimana kalo aku ga punya keturunan dunia akan rugi karena gak ada lagi titisanku, aku bukanlah seorang albert einstein, maupun lady day, ataupun jenius, cendikiawan dan orang terkenal lainnya yg butuh regenerasi.. so..aku memang gak berniat merid, dan merasa sangat enjoy dan happy dengan keadaanku saat ini.

Namun apapun itu...tetap saja aku pulang kampung tahun ini.. selalu saja dgn happy memesan tiket untuk mudik, dan selalu dengan suka cita berburu oleh2 untuk mereka di kampung yang kucintai...

Lebaran tinggal dua minggu lagi... dan seminggu lagi aku pulang kampung..

dan itu artinya persiapan extra untuk menebalkan kuping atas pertanyaan-pertanyaan yang tidak menyenangkanku itu...

yaahh..paling kalo aku sudah sedemikian kesalnya.. aku kabur lagi..seperti lebaran tahun lalu.....